BISMILLAH

assalam

Sunday 9 September 2012

KAIFIYAT FATIHAH



Al-Imam Ibnu Utsaimin dalam Asy-Sayrhul Mumti jilid 3 menguraikan cukup panjang masalah ini.Kitab beliau ini adalah syarah dari kitab “Zaadul Mustaqni’ fikhtishor Al-Muqni’ buah karya Abi An-Najaa Musa bin Ahmad bin Musa.KItab yang sedikit lafadz akan tetapi banyak mengandung makna.Sebagai ringkasan dari kitab “Al-Muqni”.Kitab dalam madzhab Imam Ahmad bin Hambal.

قوله: «ثم يقرأ الفاتحة» . «أل» هذه للعموم، يعني: يقرؤها كاملة مرتَّبة بآياتها، وكلماتها، وحروفها، وحركاتها، فلو قرأ ستَّ آيات منها فقط لم تصحَّ، ولو قرأ سبع آيات؛ لكن أسقط «الضَّالين» لم تصحَّ، ولو قرأ كلَّ الآيات، ولم يسقط شيئاً من الكلمات؛ لكن أسقط حرفاً مثل أن يقول: {صراط اُلذين أنعم عليهم} فأسقط «التاء» لم تصحَّ، ولو أخلف الحركات فإنها لا تصحُّ؛ إنْ كان اللَّحنُ يُحيل المعنى؛ وإلا صحَّت، ولكنه لا يجوز أن يتعمَّد اللَّحنَ. مثال الذي يُحيل المعنى: أن يقول: «أَهْدِنَا» بفتح الهمزة: لأن المعنى يختلف؛ لأن معناه يكون مع فتح الهمزة أعطنا إيَّاه هدية، لكن {أهدنا } بهمزة الوصل بمعنى: دُلَّنا عليه، ووفِّقْنَا له، وَثَبِّتْنَا عليه.
ولو قال: )صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ )(الفاتحة: من الآية7)لم تصحَّ؛ لأنه يختلف المعنى، يكون الإِنعامُ مِن القارئ، وليس مِن الله .
ومثال الذي لا يُحيل المعنى: أن يقول: «الحمدِ لله» بكسر الدال بدل ضمِّها.
ولو قال: {اُلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِ اُلْعَالَمِينَ} بدون تشديد الباء لم تصحَّ؛ لأنه أسقط حرفاً؛ لأن الحرف المشدَّد عبارة عن حرفين.
إذاً؛ لا بُدَّ أن يقرأها تامَّة، بآياتها، وكلماتها، وحروفها، وحركاتها، فإن ترك آية، أو حرفاً، أو حركة تُخِلُّ بالمعنى لم تصحَّ.
Ucapannya tsumma yaqro-u al-fatihah> (kemudian membaca Al-Fatihah)
Huruf (Alif Lam “Al“) pada Al-Fatihah menunjukkan keumuman,yaitu membacanya dengan sempurna tertib dengan ayat-ayatnya,kata-katanya,huruf-hurufnya,dan harokat-harokatnya.Seandainya dibaca hanya enam ayat saja maka tidak sah.Seandainya dibaca tujuh ayat akan tetapi tertinggal membaca (Adh-dhollin) saja maka tidak sah.Seandainya dibaca lengkap semua ayat tidak tertinggal satu kalimat pun akan tetapi tertinggal satu huruf semisal membaca “Shirotholladzina an’am ‘alaihim dimana tertinggal huruf “ta” maka tidaklah sah.Seandainya tertinggal harokat juga tidak sah.Juga jika dialek yang memungkinkan menghilangkan makna,kecuali jika tidak maka tetap sah.Akan tetapi tidak boleh bersandar pada dialek ucapan yang salah.Misal dari yang menghilangkan (merubah) makna ucapan “Ihdina” dibaca “Ahdina” dengan memfathahkan hamzah.Karena maknanya bisa berbeda.Yaitu jika dibaca “Ahdina” artinya “kami memberikan kepadanya hadiah”,tetapi jika dibacanya benar dengan hamzah washol maka bermakna “tunjukkan kepada kami atasnya dan memberikan taufiq kepada kami dan dijelaskan kepada kami”
Seandainya orang membaca ayat ketujuh “Shirotholladziina in’amta ‘alaihim” maka tidak sah karena maknanya berbeda yaitu al-in’am (nikmat) itu asalnya dari pembaca bukan dari Allah.
Contoh dari yang tidak menghilangkan makna seperti ucapan Alhamdi lillah dengan menggati harokat dhommah.
Jika mengucapkan dengan Alhamdulillahi robil ‘alamin dengan tidak mentasydid huruf “ba (pada kata yang seharusnya dibaca “Robbil ‘alamin) maka ini tidak sah disebabkan telah menghilagkan satu huruf,karena huruf tasydid merupakan ungkapan dari dua huruf.
Olehkarenanya harus dan mesti membacanya secara sempurna dengan ayat-ayatnya,kalimat-kalimatnya,huruf-hurufnya,harokat-harokatnya.Maka jika meninggalkan satu ayat saja atau huruf atau harokat dimana merubah makna maka tidak sah.
Dalam paragraf lain Syaikh meringkas :
Ucapannya “yaqro-ul fatihah” bermakna ucapan ini bahwasannya harus dibaca dengan keseluruhan huruf-hurufnya,harokat-harokatnya dan kalimat-kalimatnya dan tertib urutan ayatnya.Inilah lima perkara :Ayat,kalimat,huruf ,harokat dan tertib urutan.Dan ini diambil dari ucapan penulis “Al-Fatihah” karena Alif Lam (Al) disini untuk mengingatkan bahwa maksudnya Al-Fatihah yang dikenal dimana terdiri dari tujuh ayat beserta kalimat,huruf,harokat dengan tertib.Harus bersambungan yakni tidak memotongnya dengan jeda yang panjang,karena ini adalah ibadah yang satu maka disyaratkan bersambungan sebagaimana membasuh anggota-anggota wudhu

No comments:

Post a Comment